DIPONEGORO

DIPONEGORO

Kamis, 09 Februari 2017


Image result for novel bumi bulan matahariImage result for novel bumi bulan matahari
Serial BUMI - BULAN - MATAHARI
Saat merilis pertama kali novel BUMI tahun 2014, saya tidak terlalu berharap banyak, karena novel ini, berbeda dengan novel “Hujan” atau “Rindu”, yang secara teoritis lebih menjual, ini serial fantasi remaja, toh, statistik membuktikan, novel fantasi terjemahan (seperti sihir2an, srigala2an, dll) menguasai pembaca Indonesia, amat dominan. Aneh rasanya jika penulis lokal merilis fantasi juga, pembaca malah tidak percaya, enggan sekali mencoba membacanya. Sudah jamak nasib penulis lokal, saat dia menulis fantasi, karangannya dianggap meniru novel terjemahan (se-orisinil apapun usahanya).
2015 berlalu, saya merilis BULAN. Meneguhkan niat.
2016 berlalu, saya merilis MATAHARI. Terus melanjutkan cerita.
Dua-tiga tahun berlalu, dan kisah petualangan Raib dkk ternyata punya petualangan di dunia nyata yang tidak kalah menariknya. Penjualan novel ini ternyata cukup menarik. Awalnya lamban, tapi dengan dirilisnya re-cover BUMI dan BULAN, serial ini semakin bertenaga di toko2 buku. Alamak, dulu serial ini hanya diniatkan agar kalian (remaja) punya alternatif bacaan yg menyenangkan--tidak melulu main gagdet. Tapi sekarang, bahkan saat menghadiri acara2 di luar kota, saya terbiasa menerima respon yg ‘emosional’ atas serial ini. Sepucuk surat diberikan, isinya request ILY agar dihidupkan kembali, membuat saya termangu di Yogyakarta. Beberapa pembaca muda semangat mendiskusikannya, semangat sekali membahasnya, kemudian mengirim email agar Ali dijodohkan saja dengan Seli atau Raib. Waks, ini kan bukan novel romans? Tapi baiklah. Idenya ditampung.
Serial ini nampaknya mulai menemukan pembacanya. Segmen pembaca yg memang disasar.
Saya tidak bilang serial ini berkualitas tinggi, toh, buku2 saya itu sebenarnya sederhana saja isinya. Serial ini simply tentang petualangan anak2 usia 15 tahun di dunia paralel. Ada yang bisa menghilang, ada yang bisa mengeluarkan petir, dan ada yang jenius. Namun setidaknya, semoga buku ini menghibur kalian, bisa jadi alternatif mengisi waktu luang. Besok2, saat membayangkan tentang fantasi, kita tidak hanya terlintas tokoh2 di Avengers, Iron Man, DC Comics, Superman, Batman, dkk, atau Harry Potter, kita punya alternatif lain, karakter2 lokal.
Terima kasih banyak atas sambutan pembaca atas terbitnya MATAHARI. 26 hari sejak rilis, ditambah BUMI dan BULAN dengan cover baru, novel2 ini memenuhi rak-rak toko buku. Rating MATAHARI di website buku dunia, goodreads, juga meyakinkan, 4.34 (lebih tinggi dibanding novel ‘Hujan’, ‘Rindu’ ataupun ‘Pulang’), masih terlalu dini menyimpulkan rata2 ratingnya, tapi sekali lagi terima kasih atas kritik, saran dsbgnya.
Selamat berpetualang bersama Raib, dkk. Buat yg baru pertama kali baca, urutan serial ini adalah: BUMI --> BULAN --> MATAHARI. Bisa saja bacanya dari buku yg mana saja (karena kisahnya masing2, tapi sebaiknya urut. Buat yg bingung dengan setting cerita, memang begitu desainnya, Bumi (ber-setting klan Bulan), Bulan (ber-setting klan Matahari), Matahari (ber-setting klan Bintang), dstnya. Semua cerita dari sudut pandang Raib, kita akan memulai serial dengan bab, “Namaku Raib, dan aku bisa menghilang.”
Sebagai penutup, saya kutip kalimat Ali dalam novel Matahari: "Hidup ini adalah petualangan. Semua orang punya petualangannya masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik."
*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Foto bersama alimni ke-5

Foto bersama alimni ke-5
Pamer Piala yg bkn prestasi kita heee...

Rame

Rame
Ada Anton, Amir, Fadli, dkk...

Di kamar Badar

Di kamar Badar
Berantakan to....!!

Alumni ke XI

Alumni ke XI
generasi Gajah

Foto bersama di kelas (I'dad)

Foto bersama di kelas (I'dad)
Ad'aful Fusuul

Santri Ma'had

Santri Ma'had
hanafi, ali, jonan, zaenal, hakim